Kamis, 06 Desember 2012

RAHASIA SHALAT DHUHA



RAHASIA SHALAT DHUHA
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
 Dosen Pembimbing : Indrya Mulyaningsih, M.Pd
 






Oleh :


Haryanti 
  (14121110057)

     Jurusan PAI B / Semester 1 (satu)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2012/2013

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Waktu Dhuha adalah waktu yang tepat dan sangat baik untuk mendekat kesisi Allah SWT. Maka luangkanlah waktu untuk memulai pekerjaan dan membuka hari  dengan Shalat serta berdzikir  kepada Allah SWT. Shalat Dhuha menyimpan nilai takwa kepada Allah SWT, inilah  salah satu dari sakian banyak keutamaan Dhuha. Takwa itu dapat mempermudah datangnya Rejeki bagaikan air hujan turun. Syarat untuk mendapatkan nilai takwa perlu niat dan amal (perbuatan) yang sungguh-sungguh yaitu Istiqamah.
Orang yang tertidur dan bermalas-malasan  saat Pemilik Rejeki membagi-bagikan Rejeki, maka tidak akan mendapat bagian. Bagian Rejeki yang diperoleh  hanya sebatas takdir yang ditulis ketika dalam kandungan, namun orang yang terjaga (selalu siap) ketika matahari terbit  maka akan mendapat jatah Rejeki tambahan. Shalat Dhuha mempunyai keistimewaan yang dapat menjemput Rejeki  yang telah dijanjikan Allah SWT dan Shalat Dhuha dapat membuka tabir misteri dan kejaiban misteri.
Jadi tidak ada alasan lagi bagi seorang muslim yang mempunyai tujuan hidup untuk mendapatkan Ridha Allah SWT meninggalkan shalat Dhuha karena kesibukan duniawi kecuali karena kelalaian dan kebodohan sendiri.

B.     Rumusan dan Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan penelitian ini adalah ‘Apa Rahasia Shalat Dhuha’ yang terkandung dalam Shalat Dhuha.


C.    Tujuan Rumusan Masalah
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari perumasan yang perlu diketahui yaitu, ‘Apa Rahasia Shalat Dhuha yang terkandung dakam Shalat Dhuha.

PEMBAHASAN
1.      Pengertian Shalat Dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00 hingga jam 10.00 waktu setempat. Jumlah raka'at shalat dhuha minimal dua rokaat dan maksimal dua belas raka'at dengan satu salam setiap dua raka'at.
Shalat Dhuha ialah shalat sunnah dua raka’at atau lebih, sebanyak-banyaknya duabelas raka’at. Shalat ini dikerjakan pada waktu dhuha, yaitu waktu matahari naik setinggi tombak kira-kira pukul 8 atau 9 sampai tergelincir matahari (Sulaiman , 2012: 147). Shalat Dhuha adalah shalat sunah yang dikerjakan pada waktu pagi hari, diwaktu matahari sedang naik. Sekurang-kurangnya shalat ini dua rakaat, boleh empat rakaat, delapan rakaat dan dua belas rakaat (Imran, 2006).
Menurut  Muhammad  (2008: 26-39) Perintah Shalat dhuha ialah dikerjakan dipagi hari. Tidak sore hari atau malam hari. Ini mengandung bahwa manusia  dipagi hari harus mengawali hidup dengan jiwa bersih. Membuka dunia dengan semangat dan harapan agar Allah SWT melimpahkan kesejahteraan hidup. Shalat dhuha disamping memacu semangat hidup, karena merupakan kunci hari ini atau kunci dunia seisinya, juga sebagai sarana untuk mencapai kekayaan hati. Melalui shalat dhuha seseorang dipacu untuk bersemangat untuk berikhtiar dan disertai pula harapan besar dari Allah SWT yang akan membukakan pintu rahmatNya.
 Rifa’i ( 2009: 84) berpendapat Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dilakukan seorang muslim ketika waktu dhuha. Waktu dhuha adalah waktu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya (kira-kira pukul tujuh pagi) hingga waktu dzuhur. Jumlah raka’at shalat dhuha bisa dengan 2,4,8 atau 12 raka’at. Dan dilakukan dalam satuan 2 raka’at sekali salam. Sedangkan menurut Lahmuddin (1998: 117) jumlah  rakaat  yang sebaik-baiknya bagi shalat dhuha ialah delapan raka’at sesuai dengan haditr Ummu Hani binti Abi Thalib R.A. bahwa Nabi melakukan shalat dhuha delapan rakaat.

Seperti hadits Rasulullah SAW yang  di riwayatkan At-Tirmidzi dan Ibnu Majjah“ barang siapa shalat dhuha duabelas rakaat, Allah akan membuatkanistanya baginya disurga”. (Faqih, 1995).
2.      Cara mengerjakan  Shalat Dhuha
Menurut (Muhammad, 2008: 54) Apabila telah merasa bersuci secara lahir dan batin, lalu menutup aurat, maka segeralah menghadap Allah SWT. Dia adalah Pemilik  Kunci rejeki. Hari itu kita berharap untuk mendapatkanya sehingga setiap hajat (keinginan) terkabulkan. Menjumpai Allah dalam shalat dhuha seperti halnya dengan shalat-shalat lain.  denagn menghadap kiblat kemudian caranya yaitu: Niat اُصلى سنة الضحى ركعتين لله تعالى, Takbir , Membaca surat alfatihah kemudian dilanjutkan membaca suran As-Syamsu , Ruku’ , I’tidal (bangun dari rukuk) , Sujud pertama, Duduk diantara dua sujud, Sujud kedua, Berdiri pada rokaat kedua dengan membaca al-fatihah dilanjutkan membaca surat ad-duha, Ruku’, I’tidal (bangun dari rukuk), Sujud pertama, Duduk diantara dua sujud, Sujud kedua, Duduk tahiyat, Salam, Do’a.

3.      Hakikat  Rahasia
Istilah bahasa hakikat berasal dari kata "Al-Haqq", yang berarti kebenaran. Kalau dikatakan Ilmu Hakikat, berarti ilmu yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran. Kemudian beberapa ahli merumuskan definisinya yaitu:
a.    Asy-Syekh Abu Bakar Al-Ma'ruf mengatkan "Hakikat adalah (suasana kejiwaan) seorang Saalik (Shufi) ketika ia mencapai suatu tujuan ...sehingga ia dapat menyaksikan (tanda-tanda) ketuhanan dengan mata hatinya".
b.   Imam Al-Qasyairiy mengatakan "Hakikat adalah menyaksikan sesuatu yang telah ditentukan, ditakdirkan, disembunyikan (dirahasiakan) dan yang telah dinyatakan oleh Allah kepada hamba-Nya". Hakikat yang didapatkan oleh Shufi setelah lama menempuh Tarekat dengan selalu menekuni Suluk, menjadikan dirinya yakin terhadap apa yang dihadapinya. Karena itu, Ulama Shufi sering mengalami tiga macam tingkatan keyakinan:
1)   "Ainul Yaqiin;  Yaitu tingkatan keyakinan yang ditimbulkan oleh pengamatan indera terhadap alam semesta, sehingga menimbulkan keyakinan tentang kebenaran Allah sebagai penciptanya.
2)   "Ilmul Yaqiin; yaitu tingkatan keyakinan yang ditimbulkan oleh analisis pemikiran ketika melihat kebesaran Allah pada alam semesta ini.
3)   "Haqqul Yaqqin; yaitu suatu keyakinan yang didominasi oleh hati nurani Shufi tanpa melalui ciptaan-Nya, sehingga segala ucapan dan tingkah lakunya mengandung nilai ibadah kepada Allah SWT. Maka kebenaran Allah langsung disaksikan oleh hati, tanpa bisa diragukan oleh keputusan akal".
Haqiqah  secara  etimologi  berarti  inti sesuatu, puncak atau sumber dari segala sesuatu, dalam dunia sufi, haqiqah diartikan sebagai aspek lain dari syari`ah yang bersifat lahiriah, yaitu batiniah, sehingga rahasia yang paling dalam dari segala amal, inti dari syari’ah dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh orang sufi.
a.      Rahasia Berdiri tegak
Imam  (2007: 38-39) berpendapat Bagi orang yang mampu berdiri tegak dalam shalat merupakan keharusan. Namun berdiri tegak sendiri bukanlah segala-galanya. Dia bukan tujuan akhir dari shalat. Sebab masih ada ruku’, sujud, duduk dan salam. jadi perjalanan masih panjang.  Ketika anda berdiri dalam shalat anda dianjurkan untuk menghadap ketempat sujud. Hal ini menunjukan agar ketika kita mencapai kesuksesan (berdiri), berada pada posisi puncak, anda pula harus melihat ketanah (yang menunjukan bahwa manusia akan kembali ketanah). Melihat ketanah mengajarkan kita tidak lepas dari akar keberadaan,hilangnya keseimbangan dan hilangnnya spiritual dalam diri sendiri. Boleh jadi kita kaya materi,tapi bisa jadi miskin hati,hampa merana jiwanya.
Hasan Al-Bashri menasehati demikian, ”Apabila engkau berdiri untuk shalat,berdirilah sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah. Jangan engkau bermain-main, jangan pula engkau menoleh kesana kemari. Janganlah ketika Allah menghadapkan pandangan pandangaNya kepadamu, justru kamu melihat keselainNya, atau ketika engkau memohon surga kepadaNya dan berlindung kepadaNya dari neraka, sementara hatimu lalai dan tidak mengetahui apa yang engkau katakan oleh lisanmu.” kesuksesan sejati adalah ketika kita berhasil meyakini semua ini adalah milik Allah SWT, yang membuat kita tawadhu dan rendah hati, terus menerus membersihkan hati dan terus meningkatkan kemampuan untuk mempersembahkan yang terbaik, yang terlihat dari kemuliaan akhlak sampurnaya amal dengan hati yang ikhlas.

b.      Rahasia Ruku
Menurut Muhammad  (2008: 74) Ruku’ adalah rangkaian shalat yang dikerjakan setelah selesai membaca ayat Al-Qur’an, disunnahkan mengangkat kedua tangan, lalu membungkuk dan memegang kedua lutut dengan merenggangkan jari-jari. Punggung diusahakan sama rata tinggi antara kepala dan tulang punggung. Sedangkan menurut Imam Musbikin (2007:60-61) ruku’ sekurang-kurangnya bagi bagi orang yang shalat berdiri, menunduk kira-kira tanganya sampaim kelutut, sebaiknya, hendaknya menunduk betul-betul sampai datar (lurus) tulang punggungya dengan leher, serta meletakan kedua telapak tangan ke lutut. Itulah gambaran orang yang ruku’. Semua ulam madzhab bahwa ruku’ adalah wajib dalam shalat. Namum mereka berbeda pendapat tentang wajib atau tidak thuma’ninah didalam ruku’,yakni semua anggota harus diam, tidak bergerak. Namun menurut ulama Hanafi, yang diwajibkan hanya semata-mata membungkukan badan dengan lurus, dan tidak wajib thuma’ninah. Sedangkan madzhab yang lain menyatakan wajib membungkukan sampai kedua telapak tangan orang yang shalat itu berada pada kedua lututnya dan juga diwajibkan berthuma’ninah dan diam (tidak bergerak) ketika ruku’.
Hadits Nabi yang diriwatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i ” sesungguhnya shalat salah seseorang diantara kamu itu tidak sempurna, sebelum orang itu menyemputnakan wudhu’nya sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah,lalu membesarkam Allah , memujiNya dan memuliakanNya serta membaca ayat yang mudah baginya dari ayat-ayat Al-Qur’an yang telah diajarkan dan izinkan oleh Allah kepadanya, kemudian bertakbir dan berruku’ serta meletakan kedua tanganya sehingga tulang-tulang sendinya menjadi tenang dan lapang”. Ruku’ melambangkan posisi yan tengah-tengah. Posisi masa-masa kejayaan dan kebangkrutan. Sebuah posisi  keseimbangan yang menggambarkan kita harus hidup dalam sedang-sedang. Bila kaya tidak membuat kita sombong, namun jika kita jatuh miskin kita tidak berkeluh kesah. Begitu pula antara penghasilan dan pengeluaran harus seimbang, inilah yang sebenarnya disebut dengan zuhud, karena hidupnya diliputi ketentraman jiwa.    
c.       Rahasia i’tidal
Muhammad  (2008: 74) berpendapat apabila kita telah berdiri sempurna, maka itulah yanng dinamakan  i’tidal. Berdiri dikala i’tidal adalah untuk memiji Allah SWT. Menegaskan pujian dan mengakui kehambaan kita kepadaNya.
Ketahuilah disaat kita menyatakan syukur  yang lebih dalam kepada Allah.  Bahwa para malaikat berbarisuntuk mendengarr pujian kita dan berlomba menulis pahala yang paling awal. Dalam sebuah hadits, riwayat Bukhari  ”bahwa ada salah seorang sahabat Nabi SAW, yang shalat dibelakang beliau SAW.ketika beliau mengucapkan ’sami’allahu liman hamidah’ (Allah mendengar siapa yang memujinya), sahabat lalu berkata,’rabbana walakal hamdu hamdan kasiran thoyyiban mubarokan fiihi (Wahai Allah, Tuhanku, segala puji bagiMu. Segala puji yang banyak, baik dan diberkahi didalamnya).ketika selesai shalatnya Nabi bertanya,”siapakah yang mengucaokan tadi?” Jawab sahabat itu,”saya wahai Rasul.” Rasulullah berkata,” Saya telah melihat tigapuluh lebih malaikat berlomba siapa diantara mereka yang menulis paling awal.”
d.      Rahasia Sujud
Menurut Muhamad Nuh ( 2008: 76) Secara lahiriah gerakan sujud adalah menempelkan kening dan hidung diatas tanah, dengan kedua tangan bertumpuh ditanah. Posisi kepala kita lebih rendah dibandingkan pantat kita.
Sujud merupakan rahasia shalat, rukun yang paling agung serta sebagai ritual penutup tersebut. Peletakan wajah dan kepala yang dimuliakan dalam sehari-hari menunjukan sikap pengagungan kemuliaanNya dan menyatakan kehinaan diri kita. Sesungguhnya manusia mempunyai hawa nafsu yang cenderung membuat congkak (sombong). Sifat sombonglah yang membuat jarak antara manusia dengan Allah menjadi jauh. Atau kita mempunyai kecenderungan nafsu untuk memiliki sesuatu lebih banyak tetapi lupa bahwa yang memberi nikmat dan rahmat adalah Allah SWT. Sujud adalah sarana pendekatan yang palingafdhol kepada Sang Pemilik rejeki. Rasulullah SAW bersabda, ”Keadaan terdekat seorang hamba dengan tuhannya adalah pada saat ia bersujud. Oleh karena itulah perbanyak berdo’a didalamnya.” H.R.Muslim. sungguh Allah adalah Dzat Yang Maha Pemurah dan Maha Bijak. Dikala kita merendahkan diri dalam sujud dan merasa hina, Dia justru meninggikan derajat kita. Sebagaimana diterangkan dalam hadits, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”ketahuilah, tidaklah kalian melakukan satu sujud kepada Allah, kecuali Allah akan mengangkat derajatmu satu tingkat dan menghapuskan satu kesalahanmu.”
e.       Rahasia Tasyahhud
Menurut Muhammad (2008: 80) duduk tasyahud adalah duduk bersimpuh dihadapan Allah SWT. Untuk menyampaikan pujian kepadaNya, membaca shalawat untuk NabiNya dan memohon apa yang kita inginkan. Sedangkan menurut  Musbikin  (2006: 134) duduk terakhir dalam shalat dengan duduk yang lebih khusyu’, rendah hati dan tenang dalam posisi duduk berlutut dengan membaca kalimat tauhid. Hendaklah kita duduk ini, dilakukan dengan penuh penghormatan yang paling sempurna dan utama. Pada duduk tasyahud ini mengandung tiga bagian yaitu: (a). Bagian yang berisi pujian kepada Allah Dzat yang berhak dipuji. (b). Bagian yang berisi shalawat dan salam kepada Rasulullah SAW. (c). Bagian yang berisi do’a-do’a bagi mushalli.
Ketiga bagian yang dipakai sebagai etika ketika berdo’a selanjutnya orang yang berdo’a tidak tergesa-gesa dalam meminta kebutuhanya sebelum meminta kebutuhanya kepada Allah SWT dan membaca shalawat kepada Nabi SAW, sebagai mana yang dikatakan sahabat Abdullah: ”Rasulullah SAW mengajari kami, ketika kami duduk dalam dua rakaat untuk mengucapkan’ penghormatan-penghormatan itu hanya untuk Allah, dan shalawat yang baik dan salam kepadamu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan berkahNya bagimu. Keselamatan semoga tetap kepada kita dan hamba-hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad itu hamba Allah dan utusanNya”. (H.R. An-Nasa’i).
Diantara bacaan tasyahud adalah kalimat tauhid sebuah kalimat yang didalamnya mengandung kekuatan bagi siapa saja yang mengucapkanya dengan tulus dan resep bagi orang-orang yang mengalami kebangkrutan dalam usaha.

PENUTUP
A.    Simpulan
       Salah satu bukti cinta dan belas kasih Rasulullah SAW terhadap umatnya adalah beliau menganjurkan dan memberi teladan dalam menjalankan shalat sunnah kepada kita sebagai tambahan dalam beribadah dan bertaqarrub kepada Allah SWT. Anjuran dan teladan ini tidak lain kecuali agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasulullah SAW ingin menyelamatkan umatnya dari kerusakan-kerusakan dalam kehidupan dan agar mereka sampai kepada posisi puncak keimanan.
Shalat sunnah disyariatkan kepada umat islam, tak lain agar orang mukmin semakin dekat kepada Allah, karena ia merupakan salah satu dari pemberian Tuhan yang sangat  besar  Nilainya. Diantara shalat-shalat sunnah yang disyariatkan dalam islam adalah shalat dhuha, yaitu shalat sunnah yang terdiri dari dua raka’at atau lebih, sebanyak-banyaknya dua belas raka’at, ketika waktu dhuha, yakni ketika waktu naiknya matahari setinggi tombak atau kira-kira jam 8 atau jam 9 hingga tergekincirnya matahari.
Meskipun Shalat Dhuha waktunya dikerjakan bersamaan pada waktu umumnya orang-orang sedang bekerja di waktu pagi, namun shalat dhuha bukanlah suatu penghambat bagai tercapainya target pekerjaan. Sebaliknya, shalat dhuha merupakan salah satu kunci tercapainya prestasi dalam kerja. Sebab dalam islam tidak ada satupun syariat yang dapat membuat kerugian, tapi malah menguntungkan. Hal ini tergantung diri kita sendiri. Mampu atau tidakkah kita menyelami hikmah yang ada di dalamnya.
          Namun yang pasti Allah SWT telah menyatakan dalam firman-Nya yaitu:
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ” Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka ( Q.S.: Al-Imran;191)


B.     Rekomendasi
       Sebagai manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan dan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, maka kami mohon kepada rekan-rekan mahasiswa dan ibu dosen kiranya dapat mengoreksi makalah ini, jika terdapat kesalahan-kesalahan baik dalam penyajian materi maupun segi penulisan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan sehingga dapat menjadi bahan acuan bagi penulisan selanjutnya.
                              
DAFTAR  PUSTAKA

Al-Makasari Yusuf  Taj, rahasia-segala-hakikat, http: //alifbraja. blogspot. Com (diunduh 29-11-2012, 12:15 WIB).
Dalil, Faqih, 1995. Pedoman Dasar Agama Islam, Apollo, Surabaya.
Imran,M, 2006. Penuntun Shalat Dhuha, Karya Ilmu, Surabaya.
Musbikin, Imam.2007. Rahasia Shalat Dhuha, Mitra Pustaka. Yogyakarta.
Nasution,Lahmuddin. 1998.  Fiqh 1, Logos, Cirebon.
Nuh,Muhammad, 2008. Bertambah Kaya Lewat Shalat Dhuha,Mitrapress, Bandung
Rasjid,Sulaiman, 2012. Fiqh Islam, Sinar Baru Algensindo, Bandung.
Rifa’i, Moh. 2009.  Kumpulan Shalat-Shalat Sunnat, CV Toha Putra, Semarang.
Sanusi, Ahmad, shalat-dhuha-dalam-sebuah-tinjauan, http://sanoesi. wordpress.Com (diunduh 28-11-2012, 10:43 WIB).
Rafaqo, rahasia-dan-keutamaan-shalat-dhuha,http:// wordpress.com ( diunduh 28-11-2012, 11:23)